Pindah ke mujisas.com

pengumuman

sekarang muji sudah pindah alamat di http://mujisas.com 

Ketika J Sama Dengan G

Pagi itu, aku masih duduk di bangku SMA I Godong atau lebih familiar dengan sebutan SMA Mrapen, karena di samping kirinya ada objek wisata Api Abadi Mrapen. Aku masih kelas tiga, akan tetapi aku sudah dinyatakan lulus dengan nilai yang memuaskan, kecuali mata pelajaran Bahasa Inggris aku dapat nilai 5. Saat itu juga, saat yang banyak dinanti orang, karena hari itu merupakan pengumuman lolos tidaknya kita dalam SPMB tahun 2005. Aku pun segera berbegas menuju loper koran di Gubug untuk membeli surat kabar. Nsaat itu, surat kabar yang memuat pengumuman SPMB adalah Kedaulatan rakyat terbitan Yogyakarta. Setelah beberapa menit mencari dan memcari, akhirnya aku menemukan nama yang tak asing lagi di telingaku, siapa lagi kalau bukan namaku Muji Sasmito.

 

***

Setelah tahu diterima aku registrasi dan lain-lain, aku pun resmi diterima sebagai mahasiswa di Jurusan Bahasa Indonesia Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Semarang. Di rumah, aku mencatat semua nama yang diterima satu jurusan denganku. Ada Angga Sampoerna, Sugeng Basuki, Mugi rahayu, di bawah namaku ada Efendi Fitriyawan.

 

***

Singkat cerita, aku sudah mulai kuliah, sengaja aku lewatkan ceita di moment-moment susah senangnya Ospek waktu itu namanya OKKA. Dari cari tugas, kenalan dengan teman baru satu kelompok dan lain-lain. Karena tak ada hal yang menarik saat aku alami hal itu. Kuliah pertamaku hari senin, aku dan teman seklasku mulai masuk kelas karena dosen yang bersangkutan mulai kelihatan batang hidungnya naik tangga dan menuju kelas kami.

“Selamat pagi, saudara-saudara.” Dosen itu menyapa kami.

“Selamat pagi, pak.” Kami membalasnya.

Lalu kami disuruh memperkenalkan diri satu persatu. Kami pun berdiri bergantian. Kami menyebutkan nama dan alamat asal kami masing-masing.

 

Menurutmu?

Saya tidak akan . . . . . . . . kepada orang yang tidak . . . . . . kepada saya.

Bagaimana menurut anda apabila prinsip seperti di atas kita terapkan dalam keseharian kita?

Misal titik2 di atas diisi dengan kata peduli, atau cinta.

Dan bagaimana jika diisi dengan kata benci, dengki atau iri?

Eksploitasi atau Motivasi?

Beberapa minggu terakhir ini, aku dan temen sekelasku atau malahan satu prodi denganku di PBSI (Bahasa Indonesia) Unnes disibukkan dengan ngeprint-ngeprint dan foto copy-foto copy tugas dari dosen bernama Subyantoro yang mengampu mata kuliah Metodologi Penelitian. Kami dipaksa untuk segera membuat proposal skripsi dari bab 1 sampe bab 3. Kami harus memfoto copy skripsi yang dirasa nyambung dengan skripsi kami dan mencari buku refrensi sebanyak minimal 17 buku. Bayangin 17 buku, apa gak ngoh itu namanya? Bagi yang rajin dan disiplin seh itu biasa saja, malah mungkin menjadi motivasi mereka. Tapi, bagi mahasiswa kayak aku ini rasanya itu bagai eksploitasi diri yang berlebihan. Karena kami baru menginjak semester 5 yang menurut aku masih perlu persiapan dan belajar banyak untuk membuat skripsi. Apa perlu ya dilaporin ke KOMNAS Anak atas eksploitasi ini?

Tapi aku jadi sadar bahwa ini juga baik untuk kami. Pak Subyantoro berharap kami bisa lulus tepat waktu di semester 8 nanti. Tentunya dengan nilai dan IPK yang memuaskan. Semoga saja aku dapat segera menyelesaikan tugas ini dan mendapat nilai yang bagus tentunya. Semoga temen-temen juga begitu. Berdoa aja dan jangan lupa disiplin dan rajin serta semangat!!!!